OM SWASTYASTU.......................SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI................................

Senin, 03 Januari 2011

BHATARA PUTRA DEWA GEDE MUTER

ULASAN

Om Swastyastu……
Mudah-mudahan tiada halangan !
Permohonan maaf hamba ke hadapan arwah para leluhur yang disemayamkan dalam wujud Ongkara dan selalu dipuja dengan hati suci. Dengan memuja dan memuji kebesaran Sanghyang Siwa semoga penulis terhindar dari segala kutukan, derita, cemar, duka-nestapa, dan halanganlainnya. Mudah-mudahan tujuan hamba yang suci ini berhasil serta bebasdari dosa-dosa karena menguraikan cerita leluhur di masa lampau, semoga direstui sehingga mendapat kejayaan, keselamatan, keabadian, panjang
usia, sampai dengan seluruh keluarga turun temurun.

Pada dasarnya babad ditulis berdasarkan cerita factual namun kadang- kadang didalamnya terdapat unsur- unsur yang bersifat subjectif dari penulis babad itu sendiri dan juga karena ada tekanan politis dari penguasa saat itu. Disini kami mencoba menjelaskan bahwasanya Bhatara Putra Dewa Gede Muter tidaklah benar beliau wafat / meninggal dalam peperangan (tan padem ring payudan) melawan pasukan dari manca Badung dan Tabanan hal ini kemungkinan dari kebijakan Gusti Poh Tegeh menghindari jumlah korban rakyat yang bukan terlatih seperti pasukan kerajaan ikut menjadi korban sehingga beliau memohon kepada Dewa Gede Muter untuk menghindar seolah – olah beliau diceritakan gugur dalam perang. Ini merupakan manuver politik yang sangat manis dari Gusti Poh Landung untuk menjaga perdamaian wilayah bali saat itu. Yang mana ini merupakan masalah keluarga yang akhirnya rakyat ikut menjadi korban. Gerakan serangan yang terakhir bukanlah gelombang serangan dari pasukan Gelgel yang saat itu berkuasa adalah paman beliau Dalem Ketut Ngelesir (Sri Semara Kepakisan) melainkan gelombang serangan dari manca Badung ,Gianyar dan Tabanan yang takut bila ponakan dari Dalem Ketut itu kembali ke Gelgel tentulah ponakan beliau akan diberikan kedudukan manca mengantikan kedudukan para arya. Terutama Dewa gede Muter yang seyogyanya Putra Mahkota Puri Tarukan yang sangat sakti bisa jadi nantinya dinobatkan sebagai raja Bali. Karena ketakutan inilah semua manca Gianyar , Badung, Tabanan berinisiatif untuk melenyapkan Dewa Gede Muter beserta adik adiknya. Oleh karena itu Dewa Gede Muter merupakan orang nomor satu yang diincar saat itu oleh para manca. Pada dasarnya Dalem Ketut ( Sri Semara Kepakisan) tidak berkenan beliau menjadi raja beliau lebih senang mengembara berbaur dengan rakyat yang kemudian beliau mendapat julukan Dalem Ketut Ngulesir. Kemungkinan besar Dewa Gede Muter dipanggil menghadap ke Gelgel karena Dalem Ketut ingin kemenakannya menjadi Raja melanjutkan pemerintahan di bali yang dahulunya pamannya Dalem Wayan tidak mampu untuk melanjutkan pemerintahan di Bali saat itu.

Kemungkinan kedua adalah walaupun beliau memang wafat ( padem ring payudan ) beliau tentulah sdh punya keturunan / warih Ida. Hal ini kita asumsikan bahwa beliau, Ida Bhatara Putra Dewa Gede Muter lahir ditahun 1378 Masehi di Puri Samprangan pada saat Permaisuri Puri Tarukan disandera oleh Dalem Wayan setelah serangan pasukan Dulang Mangap karena masalah pernikahan Dewa Ayu Muter dengan Kuda Penandang Kajar yang akhirnya meninggal keduanya oleh keris Ki Tanda Langlang.Ditahun 1380 M Dalem Ketut mendirikan kerajaan di Gelgel dan bergelar Sri Semara Kepakisan .Kemudian perang di Siang Kangin terjadi pada tahun 1417 M yang merupakan tahun wafat nya Ida Bathara Putra Dewa Gede Muter sesuai dengan keterangan babad saat itu. Dengan demikian beliau saat itu sudah berumur 39 tahun. Kemungkinan besar beliau sudah menikah dan sudah punya keturunan yang walaupun istri beliau tidak dicantumkan dalam Babad Pulasari, hal ini di karenakan Babad Pulasari merupakan Babad secara garis besar dari kehidupan Bhatara Dalem Tarukan sehingga keturunan selanjutnya sampai dengan cucu –cucunya tidak disebutkan, hal ini juga karena penulisan Babad saat itu sangat tergantung pada aturan guru dan laghu yang merupakan karya sastra bersifat seni.
Demikian ulasan dan tafsir dari kami semoga bermanfaat bagi kehidupan kita semua dan bisa menjadi pencerahan untuk kita semua.

Atas asung kertha wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om


Keluarga Besar DADYA JUMAHAN KURI